PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) beri sinyal pembagian dividen hingga 60 persen. BUMN itu juga meminta agar pembangunan pipa di Cirebon-Batang dapat dibangun menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Direktur Utama PGAS Muhammad Haryo Yunianto mengatakan saat ini Jawa Barat dan Sumatera Selatan mengalami penurunan pasokan gas akibat tidak ada interkoneksi pipa. Adapun pembangunan pipa saat ini terputus di Cirebon-Batang.
“Harapannya kalau Cirebon-Batang bisa dibangun oleh APBN, surplus di Jawa Timur bisa kita bikin ke Jawa Barat dan Sumatera Selatan,” ujar Haryo dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Rabu (1/2/2023).
Haryo mengatakan pipa dari Aceh sampai Pasuruan sudah tersambung untuk pasokan gas. Sejauh ini hanya dua ruas yang belum terhubung, yakni Dumai-Sei Mangkei dan Cirebon-Batang.
Adapun PGAS telah menyalurkan gas hingga 52 persen dari total kawasan industri di Indonesia. Adapun untuk sisa 48 persen sedang dalam proses pembangunan.
Kemudian untuk pasokan Jawa Timur sudah terpenuhi dengan adanya proyek Jambaran-Tiung Biru (Commissioning JTB). PGAS dan Pertamina telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama Pengelolaan Gas JTB pada 1 November 2022 dan Addendumnya pada 30 Desember 2022.
Kemudian Perjanjian Jual Beli Gas Bumi (PJBG) telah ditandatangani oleh PGAS dengan PT Petrokimia Gresik (PKG) pada 18 November 2022. Pada perjanjian tersebut 100 (billion bristh thermal unit per day) akan produksi PLN, 15 BBTUD oleh PKG, dan 57 BBTUD oleh Industri Jatim-Jateng.
“Kami sampaikan bahwa Jawa Timur surplus pasokan gas pak. Jadi sayang kalo Jawa Timur pasokan gas surplus tidak bisa kita pindahkan ke Jawa Barat dan Sumatera Selatan,” katanya.
Haryo juga mengatakan PGN sudah memulai pembangunan pipa distribusi ke Kawasan Industri Kendal dan Kawasan Industri Batang. Pembangunan tersebut tanpa menunggu selesainya pembangunan pipa transmisi Semarang-Batang oleh Pemerintah.
“Kami mendahului dengan siapkan pipa yang nanti akan tersambung disitu. Nanti pada saat pipa sudah masuk sudah tinggal ta- in di pipa transmisi yang ada dan yang dibangun,” jelasnya.
Direktur Utama PGAS Muhammad Haryo Yunianto mengatakan pihaknya akan menebarkan dividen dengan rasio sekitar 50 persen sampai 60 persen. Hal ini lantaran PGAS berpotensi memperoleh peningkatan laba bersih usai mencetak laba US$310,52 juta per akhir September 2022.
“Mengingat potensi laba akan lebih baik dari US$310,52 juta kemungkinan akan rasio di kisaran 50-60 persen,” ujar Haryo dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Rabu (1/2/2023).
Haryo mengatakan PGAS akan menyediakan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$400 juta di 2023. Mayoritas dana capex nantinya akan digunakan untuk mempercepat pembangunan jaringan gas rumah tangga.
Jaringan gas yang sudah dikelola saat ini sudah mencapai 982.360 sambungan rumah tangga (SRT). Sebanyak 597.708 SRT berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan sisanya 384.708 SRT dari investasi PGAS.
Haryo mengatakan PGAS diminta untuk melanjutkan program jaringan gas rumah tangga hingga 1 juta SRT per tahunnya. Namun, mulai 2022 hingga seterusnya APBN tidak menganggarkan untuk program tersebut. bisnis.com